Dalam lanskap politik dan pemerintahan Papua Barat yang penuh dinamika, hadirnya tiga figur sentral—Gubernur Dominggus Mandacan, Wakil Gubernur Mohammad Lakotani, dan Sekretaris Daerah Ali Baham Temongmere—telah membentuk poros kepemimpinan yang tidak hanya solid secara struktural, tetapi juga menyatu secara nilai dan visi pelayanan publik yang inklusif dan berkeadilan.
Bersama, ketiganya membentuk “Tiga Serangkai Papua Barat”—sebuah simbol kepemimpinan yang tidak hanya berfungsi administratif, tetapi juga menyatu dalam semangat pelayanan, toleransi, dan pembangunan. Di tengah tantangan politik, sosial, dan geografis yang khas Papua Barat, kolaborasi mereka menjadi fondasi bagi terciptanya keharmonisan sosial dan kepercayaan publik yang semakin kuat.
🌺 Tiga Serangkai Papua Barat: Fajar, Senja, dan Cahaya yang Menyatukan Rakyat dan Pemerintahan
Di tanah yang dijaga oleh awan Arfak dan ombak Kaimana, kepemimpinan Papua Barat tidak hadir sebagai sekadar struktur birokrasi, melainkan sebagai pancaran cahaya yang membimbing masyarakat menuju harapan. Tiga figur sentral—Gubernur Dominggus Mandacan, Wakil Gubernur Mohammad Lakotani, dan Sekretaris Daerah Ali Baham Temongmere—telah membentuk poros kepemimpinan kolektif yang dikenal sebagai “Tiga Serangkai Papua Barat.” Mereka adalah fajar dari Gunung Arfak, senja dari Kaimana, dan cahaya dari balik Gunung Mbaham—tiga elemen yang menyatu dalam satu langit kepemimpinan.
🛡️ Sang Fajar dari Gunung Arfak – Dominggus Mandacan : Visi Pembangunan yang Membumi
Seperti fajar yang menyingsing dari puncak Gunung Arfak, Dominggus Mandacan adalah simbol awal yang membangkitkan harapan. Ia membawa visi “Papua Emas, Papua Cerdas, Sehat, dan Sejahtera”—sebuah arah pembangunan yang membumi,menyinari wilayah-wilayah yang selama ini terpinggirkan dan menyentuh kebutuhan dasar masyarakat.
Fajar tidak hanya menandai hari baru, tetapi juga membuka cakrawala baru bagi Papua Barat.
- Ia memimpin dengan ketegasan dan ketulusan, menolak pengurangan dana otsus demi menjaga hak dasar masyarakat
- Ia menyinari jalur pembangunan dengan RPJMD yang selaras dengan RIPPP nasional
- Ia hadir sebagai pemimpin yang membangunkan semangat rakyat, dari lembah Teluk Wondama hingga pesisir Bintuni
Dalam 100 hari pertama masa jabatan DOAMu Jilid II, survei ETOS menunjukkan 92% masyarakat Papua Barat puas dengan kinerjanya. Beberapa pencapaian utama:
- Pemerataan program otonomi khusus (otsus) di wilayah terpencil seperti Teluk Wondama dan Manokwari Selatan
- Evaluasi menyeluruh terhadap pimpinan OPD, dengan rencana rotasi berbasis kompetensi
- Sinkronisasi RPJMD Papua Barat 2025–2029 dengan Rencana Induk Percepatan Pembangunan Papua (RIPPP) 2022–2041
- Penolakan terhadap pengurangan dana otsus, menyuarakan kepentingan rakyat dalam pendidikan, kesehatan, dan ekonomi kerakyatan
Sang Fajar, Dominggus Mandacan tidak hanya membangunkan Papua Barat dari tidur panjang birokrasi, tetapi juga menyinari jalur pembangunan dengan ketulusan dan keberanian.
🤝 Senja dari Kaimana – Mohammad Lakotani : Penyeimbang Sosial dan Penghubung Aspirasi
Senja adalah waktu refleksi, saat langit berubah warna dan hati manusia menjadi lebih tenang. Mohammad Lakotani adalah senja dari Kaimana—figur penyeimbang yang menghadirkan kedamaian dalam dinamika pemerintahan. Ia tidak membakar dengan ambisi, tetapi menyelimuti dengan kebijaksanaan.
Sebagai Wakil Gubernur, ia memainkan peran strategis dalam menjembatani komunikasi antara pemerintah dan masyarakat. Ia dikenal sebagai tokoh moderat dan religius, aktif dalam organisasi keagamaan seperti NU dan Dewan Masjid Indonesia. Peran pentingnya meliputi:
- Penguatan komunikasi lintas sektor, terutama dalam isu-isu sensitif seperti reformasi birokrasi dan pengawasan dana otsus
- Kepemimpinan dalam organisasi sosial dan keagamaan, memperkuat legitimasi moral dan sosial pemerintahan
- Konsolidasi politik dan elektoral, terbukti dari lonjakan suara pasangan DOAMu dari 58,2% (2017) menjadi 92,8% (2024)
Lakotani menjadi jembatan antara kebijakan dan aspirasi, memastikan bahwa suara rakyat Papua Barat tidak hanya didengar, tetapi juga diakomodasi. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang mampu meredam ketegangan dan memperkuat sinergi antar pemangku kepentingan.
Senja Lakotani bukan akhir, tetapi transisi yang lembut menuju malam yang penuh bintang: masyarakat yang terwakili dan dihargai.
📜 Cahaya dari Balik Gunung Mbaham – Ali Baham Temongmere : Stabilitas Birokrasi dan Ketekunan Teknis
Di balik Gunung Mbaham, cahaya tidak selalu datang dari langit—kadang ia muncul dari dalam tanah, dari ketekunan dan kerja sunyi. Ali Baham Temongmere adalah cahaya itu: birokrat yang tidak mencari sorotan, tetapi memastikan setiap sistem berjalan dengan presisi.
Ali Baham Temongmere adalah birokrat senior dengan rekam jejak panjang di bidang perencanaan dan administrasi publik. Figur teknokratik yang menjaga mesin pemerintahan tetap berjalan dengan presisi. Berbekal latar belakang sebagai Kepala Bappeda dan pendidikan perencanaan dari UGM, ia memperkuat sistem perencanaan daerah dan memastikan sinkronisasi RPJMD Papua Barat dengan Rencana Induk Percepatan Pembangunan Papua (RIPPP).
Selama masa transisi pemerintahan, Ali Baham memainkan peran vital dalam menjaga stabilitas birokrasi. Ia mengedepankan tata kelola berbasis data dan dialog, memastikan bahwa kebijakan tidak hanya tepat sasaran, tetapi juga adil dan transparan.
- Ia menjaga stabilitas birokrasi saat transisi pemerintahan, memastikan tidak ada kekosongan arah
- Ia memperkuat perencanaan daerah dengan pendekatan teknokratik yang berbasis data
- Ia menjadi penopang teknis bagi visi besar DOAMu, memastikan mimpi tidak hanya indah, tetapi juga terukur
Sebagai mantan Penjabat Gubernur dan kini Sekda definitif, ia memainkan peran vital dalam menjaga kesinambungan pemerintahan. Kontribusinya antara lain:
- Penguatan sistem perencanaan daerah, berbekal latar belakang sebagai Kepala Bappeda dan Magister Perencanaan dari UGM
- Stabilisasi birokrasi selama masa transisi, memastikan tidak ada kekosongan kepemimpinan saat pergantian gubernur
- Konsolidasi internal pemerintahan, termasuk pengawasan administrasi dan efisiensi anggaran
- Kepemimpinan teknokratik yang inklusif, dengan pendekatan yang mengedepankan dialog dan tata kelola berbasis data
Cahaya Ali Baham adalah lentera yang menyala di lorong-lorong administrasi, menerangi jalan kebijakan agar tidak tersesat dalam kerumitan birokrasi.
🌌 Harmoni Langit Papua Barat
Ketika fajar, senja, dan cahaya dari balik gunung bertemu, langit Papua Barat menjadi utuh. Tiga cahaya ini tidak bersaing, tetapi saling melengkapi. Mereka adalah kepemimpinan yang tidak hanya memerintah, tetapi juga merawat. Tidak hanya membangun, tetapi juga mendengarkan.
Dalam narasi ini, “Tiga Serangkai Papua Barat” bukan sekadar struktur pemerintahan—mereka adalah penjaga cahaya, penenun harapan, dan pelayan rakyat. Dan di bawah langit Arfak yang luas, mereka terus berjalan bersama, menyinari Papua Barat dengan cahaya yang tidak pernah padam.
Kepemimpinan kolektif ini bukan hanya soal pembagian tugas, tetapi tentang kesatuan visi dan nilai. Ketiganya—dengan gaya dan latar belakang yang berbeda—telah menunjukkan bahwa keharmonisan dalam pemerintahan bukanlah utopia, melainkan hasil dari komitmen, komunikasi, dan keberpihakan pada rakyat.
Kepemimpinan yang Mengakar dan Menggerakkan
Dalam era di mana kepercayaan publik terhadap institusi sering kali goyah, model kepemimpinan seperti yang ditunjukkan oleh Dominggus Mandacan, Mohammad Lakotani, dan Ali Baham Temongmere menjadi contoh bahwa kolaborasi bukan hanya mungkin, tetapi juga efektif. Mereka bukan hanya pemimpin, tetapi juga pelayan rakyat, penata sistem, dan penjaga nilai.
Papua Barat tidak hanya membutuhkan pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan kepercayaan. Dan “Tiga Serangkai” ini telah menunjukkan bahwa keduanya bisa berjalan beriringan. (Pemred)